20151019

PEMIMPIN JAWA

WATAK PEMIMPIN JAWA

Masyarakat Jawa memiliki konsep tersendiri tentang bagaimana kepemimpinan yang seharusnya. Seorang pemimpin antara lain harus memiliki sifat ambeg adil parama arta atau watak adil merata tanpa pilih kasih.

Filosofi Jawa kebanyakan berasal dari hasil belajar dari alam. Alam bisa memberi kehidupan dan ketenteraman bagi berbagai mahluk, mengapa manusia tidak belajar / meniru dari alam?
Secara rinci konsep ini terurai dalam delapan (asta) watak: bumi, api, air, angin, angkasa, matahari, bulan, dan bintang.

Atau dalam bahasa Jawa disebut: bumi, geni, banyu, angin, langit, surya, candra, dan kartika.

1. BUMI.
Watak bumi yang harus dimiliki seorang pemimpin ialah mendorong dirinya untuk selalu memberi kepada sesama. Ini berdasarkan analog bahwa bumi merupakan tempat untuk tumbuh berbagai tumbuhan yang berbuah dan berguna bagi umat manusia dan hewan.

2. GENI atau API.
Pemimpin harus memiliki sifat API. Api adalah energi, bukan materi. Api sanggup membakar materi apa saja menjadi musnah. Namun, api juga bisa mematangkan apa saja. Pemimpin memotivasi dan memberi semangat. Api dalam konteks ini bukan dalam pengertian destruktif, melainkan konstruktif.
Semangat api yang konstruktif yang harus dimiliki pemimpin, antara lain, adalah kesanggupan atau keberanian untuk membakar atau melenyapkan hal-hal yang menghambat dinamika kehidupan, misalnya angkara murka, rakus, keji, korup, merusak dan lainnya.

3. AIR atau BANYU.
Air menggambarkan watak pemimpin yang harus selalu mengalir dinamis dan memiliki watak rendah hati, andhap asor dan santun. Tidak sombong. Tidak arogan. Sifat mengalir juga bisa diartikan bahwa pemimpin harus mampu mendistribusikan kekuasaannya agar tidak menumpuk / menggumpal yang merangsang untuk korupsi. Selain itu, seperti air yang selalu menunjukkan permukaan yang rata, pemimpin harus adil dalam menjalankan kebijakan terkait hajat hidup orang banyak.

4. ANGIN.
Watak angin atau udara, watak yang memberikan hak hidup kepada masyarakat. Hak hidup antara lain meliputi hak untuk mendapat-kan kehidupan yang layak (sandang, pangan, papan, dan kesehatan) , mengembangkan diri, mendapatkan sumber kehidupan (pekerjaan), berpendapat dan berserikat (demokrasi), dan mengembangkan kebudayaan.

5. SURYA atau MATAHARI.
Watak pemimpin yang harus mampu menjadi penerang kehidupan sekaligus menjadi pemberi energi kehidupan masyarakat.

6. BULAN atau CANDRA.
Sebagaimana bulan yang memiliki kelembutan yang menenteram-kan, pemimpin yang bijak selalu memberikan rasa tenteram dan menjadi sinar dalam kege-lapan. Ia harus mampu memimpin dengan berbagai kearifan sekaligus visioner (memiliki pandangan jauh ke depan), bukan memimpin dengan gaya seorang tiran (otoriter) dan berfi-kiran dangkal.

7. BINTANG atau KARTIKA.
Sebagaimana bintang menjadi panduan para musafir dan nelayan, pemimpin harus mampu menjadi orientasi (panutan) sekaligus mampu menyelami perasaan masyarakat.

8. LANGIT atau ANGKASA.
Seorang pemimpin mesti memiliki watak langit atau angkasa. Dengan watak ini pemimpin pun harus memiliki keluasan hati, perasaan, dan pikiran dalam menghadapi berbagai persoalan bangsa dan negara. Tidak sempit pandangan, emosional, temperamental, gegabah, melainkan harus jembar hati pikiran, sabar dan bening dalam memberi pelayanan kepada masyarakat.