20151031

Seragam PNS Berdasarkan Permendagri No.68 Tahun 2015

Peraturan baru mengenai seragam PNS/Pegawai Negeri Sipil yang kini disebut Aparat Sipil Negara Berdasarkan Permendagri No.68 Tahun 2015, ada sedikit perbedaan jika kita cermati jenis warna pada hari tertentu, namun peraturan atau aturan seragam PNS bagi Lingkungan Kemdagri dan Pemerintah Kabupaten Kota dan Provinsi dalam otonomi daerahnya juga disebutkan atau diatur dalam regulasi pemerintah dalam hal ini Kementerian Dalam Negeri adalah sebagai berikut dan tiap butir pasal penjelasannya.

Peraturan Seragam PNS Baru Berdasarkan Permendagri No 68 Tahun 2015
Pakaian Dinas di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri terdiri dari:
a. Pakaian Dinas Harian disingkat PDH, terdiri dari:
1) PDH Warna khaki;
2) PDH Kemeja putih, celana/rok hitam atau gelap;dan
3) PDH batik
a. Pakaian Sipil Harian disingkat PSH;
b. Pakaian Sipil Resmi disingkat PSR; dan
c. Pakaian Sipil Lengkap disingkat PSL.
(2) Pakaian Dinas di Lingkungan Pemerintah Provinsi terdiri dari:
a. Pakaian Dinas Harian disingkat PDH, terdiri dari:
1) PDH Warna khaki;
2) PDH Kemeja putih, celana/rok hitam atau gelap;dan
3) PDH Batik/Tenun/Pakaian khas daerah
b. Pakaian Sipil Harian disingkat PSH;
c. Pakaian Sipil Resmi disingkat PSR;
d. Pakaian Sipil Lengkap disingkat PSL; dan
e. Pakaian Dinas Lapangan disingkat PDL



Peraturan Seragam PNS Baru Berdasarkan Permendagri No 68 Tahun 2015

Pakaian Dinas di Lingkungan Pemerintah Kabupaten/Kota terdiri dari:
a. Pakaian Dinas Harian disingkat PDH, terdiri dari:
1) PDH Warna khaki;
2) PDH Kemeja putih, celana/rok hitam atau gelap;dan
3) PDH Batik/Tenun/Pakaian khas daerah
b. Pakaian Sipil Harian disingkat PSH;
c. Pakaian Sipil Resmi disingkat PSR;
d. Pakaian Sipil Lengkap disingkat PSL;
e. Pakaian Dinas Lapangan disingkat PDL;
f. Pakaian Dinas Harian disingkat PDH Camat dan Lurah; dan
g. Pakaian Dinas Upacara disingkat PDU Camat dan Lurah
Peraturan Seragam PNS Baru Berdasarkan Permendagri No 68 Tahun 2015
PDH Warna khaki

(1) Model PDH Kemeja Putih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a angka 2, Pasal 2 ayat (2) huruf a angka 2 dan Pasal 2 ayat (3) huruf a angka 2 tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

(2) Model PDH Batik/Tenun/Pakaian khas daerah disesuaikan dengan prinsip sopan, rapi, estetika dilingkungan kerja serta budaya daerah.

(3) Jadual pemakaian pakaian dinas di lingkungan Kementerian Dalam Negeri, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini yang bapak.ibu bisa unduh pada link dibawah ini
PERMENDAGRI NO 68 TAHUN 2015
LAMPIRAN I PERMENDAGRI NO 68 TAHUN 2015
LAMPIRAN II PERMENDAGRI NO 68 TAHUN 2015

JADWAL PUPNS 2015

Penjadwalan PUPNS 2015



Berikut ini adalah Penjadwalan PUPNS yang dibagi menjadi beberapa wilayah kerja. Untuk lebih jelasnya unduh file berikut ini : Jadwal PUPNS 2015 

20151030

INFO PTK / GTK

Lembar Info PTK atau Lapor Tunjangan Dikdas

Lembar Info PTK atau Lapor Tunjangan Dikdas (LTD) ialah fasilitas bagi guru/PTK yang disediakan oleh Direktorat P2TK Dikdas untuk membantu guru melakukan pengecekan hasil verifikasi data yang telah dikirim melalui aplikasi Dapodik.
Berikut ini ialah langkah-langkah cek data untuk melihat Lembar Info PTK tahun 2014
  1. Buka peramban dan ketik salah satu tautan aktif di bawah ini untuk menuju laman Lembar Info PTK
  1. Setelah salah satu lama info ptk di atas terbuka, maka untuk masuk ke dalam halaman verifikasi data guru/PTK caranya ialah sebagai berikut ini:
lembar info ptk.png
  1. Masukkan NUPTK sebagai UserID
  2. Masukkan tanggal lahir sebagai password dengan format penulisan YYYYMMDD di mana:
i.YYYY= tahun lahir 4 digit
ii.MM = bulan 2 digit
iii.DD = tanggal lahir
iv.Contoh:
v.Tanggal lahir 10 januari 1968 maka cara menuliskannya ialah 19680110
  1. Langkah selanjutnya ialah masukkan kode captcha yang berada di bawah password dengan benar.
  2. Lakukan klik pada tombol “submit” kemudian silahkan tunggu laman verifikasi data termuat dengan sempurna
  3. Jika masih terdapat ketidaksesuaian data lembar info ptk dengan data asli maka lakukan pengecekan data di aplikasi dapodik, lakukan perbaikan data dan sync ulang/BSD.

Informasi Peserta Sertifikasi Guru / sergur


Layanan ini disediakan untuk memberikan informasi terkait penetapan peserta setifikasi guru.

Balas Budi Guru

Sertifikasi Guru tahun 2015

Tautan berikut untuk melihat daftar calon peserta dan panduan penetapan peserta sertifikasi guru tahun 2015
Peserta PLPG 2015 yang sudah cetak A1 sudah di tetapkan LPTK penyelenggara sertifikasi guru. Silahkan peserta PLPG segera berkomunikasi dengan Dinas Pendidikan untuk pengiriman dokumen sertifikasi guru ke LPTK yang sudah ditetapkan tersebut.
Peserta tambahan PLPG 2015 sudah dapat melakukan cetak dokumen A1 melalui operator Dinas kabupaten/kota. Penentuan LPTK penyelenggara PLPG masih sedang dilakukan dan dijadwalkan selesai tanggal 26 September 2015.

Uji Kompetensi Guru tahun 2015

Tautan berikut sebagai tautan alternatif untuk melihat calon peserta dan kisi-kisi materi Uji Kompetensi Guru tahun 2015
Selama proses sertifikasi guru, pada tahap sebelum maupun sesudahnya, tidak dipungut biaya apapun

SISTEM PUPNS

Sistem Pendataan Ulang PNS Elektronik

Akurat, Terpercaya dan Terintegrasi
Untuk memperoleh data yang akurat, terpercaya dan terintegrasi, sebagai dasar kebutuhan dalam mengembangkan sistem informasi kepegawaian ASN yang mendukung pengelolaan manajemen ASN yang rasional sebagai sumber daya aparatur negara.http://pupns.bkn.go.id/

20151029

MAKNA TEMBANG CUBLEK-CUBLEK SUWENG

Cublak-cublak suweng, suwenge teng gelenter,
mambu ketundhung gudel, pak empo lera-lere,
sopo ngguyu ndhelikake, Sir-sir pong dele kopong,
Sir-sir pong dele kopong, sir-sir pong dele kopong.

Lagu dolanan anak-anak di Jawa, karya Sunan Giri (1442M) ini berisi syair ‘sanepo’ (simbol) yg sarat makna, tentang nilai-nilai keutamaan hidup manusia.




Cublak-cublak suweng,
Cublak Suweng artinya tempat Suweng. Suweng adalah anting perhiasan wanita Jawa. Cublak-cublak suweng, artinya ada tempat harta berharga, yaitu Suweng (Suwung, Sepi, Sejati) atau Harta Sejati.


Suwenge teng gelenter,
Suwenge Teng Gelenter, artinya suweng berserakan. Harta Sejati itu berupa kebahagiaan sejati sebenarnya sudah ada berserakan di sekitar manusia.


Mambu ketundhung gudel,
Mambu (baunya) Ketundhung (dituju) Gudel (anak Kerbau). Maknanya, banyak orang berusaha mencari harta sejati itu. Bahkan orang-orang bodoh (diibaratkan Gudel) mencari harta itu dengan penuh nafsu ego, korupsi dan keserakahan, tujuannya untuk menemukan kebahagiaan sejati.


Pak empo lera-lere,
Pak empo (bapak ompong) Lera-lere (menengok kanan kiri). Orang-orang bodoh itu mirip orang tua ompong yang kebingungan. Meskipun hartanya melimpah, ternyata itu harta palsu, bukan Harta Sejati atau kebahagiaan sejati. Mereka kebingungan karena dikuasai oleh hawa nafsu keserakahannya sendiri.


Sopo ngguyu ndhelikake,
Sopo ngguyu (siapa tertawa) Ndhelikake (dia yg menyembunyikan). menggambarkan bahwa barang siapa bijaksana, dialah yang menemukan Tempat Harta Sejati atau kebahagian sejati. Dia adalah orang yang tersenyum-sumeleh dalam menjalani setiap keadaan hidup, sekalipun berada di tengah-tengah kehidupan orang-orang yang serakah.


Sir-sir pong dele kopong,
Sir (hati nurani) pong dele kopong (kedelai kosong tanpa isi). Artinya di dalam hati nurani yang kosong. Maknanya bahwa untuk sampai kepada menemu Tempat Harta Sejati (Cublak Suweng) atau kebahagiaan sejati, orang harus melepaskan diri dari atribut kemelekatan pada harta benda duniawi, mengosongkan diri, tersenyum sumeleh,rendah hati, tidak merendahkan sesama, serta senantiasa memakai rasa dan mengasah tajam Sir-nya atau hati nuraninya.

Pesan moral lagu dolanan "Cublak Suweng" adalah:




“Untuk mencari harta kebahagiaan sejati janganlah manusia menuruti hawa nafsunya sendiri  atau serakah, tetapi semuanya kembalilah ke dalam hati nurani, sehingga harta kebahagiaan itu bisa meluber melimpah menjadi berkah bagi siapa saja ”.

MAKNA TEMBANG PERAHU LAYAR

Lirik perahu layar dan Terjemahan Lagu indonesia"

Yuk kanca ning nggisik gembira.
Alerap-lerap banyuning segara
Angliak numpak perahu layar
Ing dina minggu kepariwisata.

Mari teman peri ke lautan untuk bergembira, di laut bersinar airnya sangat indah, kita pergi naik kapal perahu berlayar, di hari minggu kita berwisata ke sana

Alon prahuné wis nengah
Byak..byuk..byak..banyu tinelak
Ora jemu-jemu katon esem ngguyu
Ngilangaké rasa lungrah lesu

Tidak tahu dan pelan-pelan ternyata perahu kita sudah sampai di tengah, bruuk airnya pun mengembrak, tidak jenuh kita untuk mengarunginya tetap tersenyum menantangnya, untuk menghilangkan rasa layu di hati

Adek njawil mas, jebul wis sore
Witing kelapa katon ngawe-awe.
Prayogané becik bali wae (Sebaiknya pulang saja)
Dene sesuk esuk tumandang nyambut gawe.

Kamu menginatkanku yang ternyata sudah sore hari, pokok kelapa itu tampak mengambai-lamai, marilah kita pulang, sebab kan besok kita harus bekerja

Tentang Lagu Makna dan arti lirik :

Menggambarkan suasana liburan ke tempat sesuatu yang indah,ini menggambarkan keindahan pesisir di indonesia yang sangat indah dan patut untuk kita kunjugi lagi ini juga mengisayaratkan kepada kita supaya tetap untuk jangan lupa diri atau keenakan terhadap suasanya. Kita harus pintar mengatur waktu kemana kita harus melangkah. Di bait akhir mengatakan bahwa kita harus pulang kan besok kita harus bekerja. Ini tanda pesan yang sangat bagus di dalam arti penyampaian lagu tersebut supaya kita tetap disiplin terhadap suatu waktu

Lagu ini sangat cocok di dengarkan untuk siapa saja, untuk pemuda apalaginya sebab mengajarkan seperti yang sudah di jelaskan diatas tadi. Kita haru tahu tentang waktu, karena waktu itu adalah uang itu alah pepatah bijaksana yang sering kita dengar , Namun di samping itu sesibuk-sibuk apapun kita tetap harus meluangkan suasana untuk porsi liburan karena itu akan membuat kita lebih baik lagi selanjutnya atau di sana kita akan mendapatkan inspirasi yang lebih segar dan menjadi lebih baik.

Lain hal itu juga, Kita kan mempunyai bumi yang indah dimana pemerintah sangat buming-bumingnya mencari para calon wisatatawan ke dalam negeri, namun kenapa tidak kita yang menikmati bumi kita sendiri, kenapa harus mereka atau orang lain. Oleh karenanya jangan sampai orang luar negeri lebih tahu dimana wisata yang lebih baik di negeri kita sendiri dari pada kita.

Jadi apa saja yang bisa kita petik dari apa di utarakan di lirik tersebut adalah :
1. Disiplin waktu
2. Ingat refresing

3. Ingat tentang bumi kita sendiri yang sangat indah, mari kita menjaga dan menikmatinya

MAKNA TEMBANG DOLANAN DHONDHONG APA SALAK

DHONDHONG APA SALAK

Dhondhong apa salak

Dhuku cilik-cilik

Andhong apa mbecak

Mlaku dimik-dimik



Syair tembang ‘Dhondhong apa Salak’ apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah

‘Dhondhong apa salak’

‘Dhuku kecil-kecil’

‘Naik delman apa naik becak’

‘Jalan pelan-pelan’



Dalam syair tembang dolanan ini kita dihadapkan pada dua pilihan. Ibarat buah kedondong yang bagian luarnya halus tetapi bagian dalamnya kasar dan tajam, dan sebaliknya buah salak yang bagian luarnya kasar ternyata bagian dalamnya halus. Di sini kita dihadapkan pada dua karakter, Lebih baik kita berbuat yang baik secara lahir maupun batin seperti buah duku, daripada kita berbuat yang dari luar kelihatan bagus tetapi di dalamnya kasar dan tajam seperti buah kedondong.


Demikian sebaliknya, lebih baik kita berbuat terlihat kasar dari luar tetapi dalamnya halus seperti buah salak. Berbuatlah sesuatu yang baik dan tidak menyakitkan, baik itu secara lahir maupun batin. Sedangkan syair andhong apa mbecak, mlaku dimik-dimik mempunyai maksud memilih salah satu makna yang dimaksud dalam syair tersebut . Andong adalah sebuah kendaraan angkutan yang menggunakan tenaga hewan sebagai penariknya, sedangkan becak adalah kendaraan angkut yang memanfaatkan tenaga manusia sebagai pendorongnya. Dalam syair ini terdapat nilai budi pekerti kemandirian, kita tidak boleh menyusahkan orang lain atau makhluk lain, kita harus hidup mandiri, berjalan di atas kaki sendiri meskipun pelan-pelan dan tertatih-tatih.

MAKNA TEMBANG DOLANAN MENTHOK-MENTHOK

MENTHOK-MENTHOK


Menthok-menthok tak kandhani
Mung solahmu angisin-isini
Bokya aja ndheprok
Ana kandhang wae
Enak-enak ngorok
Ora nyambut gawe
Methok-menthok
Mung lakumu megal-megol gawe guyu


Lirik tembang dolanan diatas apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai berikut.
‘Menthok-menthok saya nasehati’ ‘Hanya perilakumu yang memalukan’
‘Jangan hanya diam dan duduk’ ‘Di kandang saja’ ‘Enak-enak mendengkur‘Tidak bekerja’ ‘Menthok-menthok’ ‘Hanya jalanmu meggoyangkan pantat membuat orang tertawa’


Dalam lirik tembang dolanan ‘Menthok-menthok’ mengandung makna instropeksi diri. Sebagai umat manusia tidak boleh menyombongkan diri, karena sesungguhnya semua yang ada di dunia ini diciptakan Allah dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Sebaiknya kita berusaha dan bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup, tidak malas, tidak suka tidur (karena orang suka tidur badannya akan lemas, otot kaku, mudah terkena penyakit, rezekinya tidak lancar dsb) , dan selalu berbuat baik terhadap sesama. Dalam syair tembang dolanan tersebut yang diibaratkan menthok, meskipun dia itu pemalas, bersifat jahat, dan suka tidur, tetapi dia masih mempunyai sifat baik dan berguna baik orang lain yaitu menghibur dan membuat orang lain tertawa.

MAKNA TEMBANG JARANAN

Tembang dolanan berbahasa Jawa mengandung nilai budi pekerti. 

Jaranan

Jaranan- jaranan, jarane jaran teji
Sing numpak ndoro bei
sing ngiring para mentri
Jeg-jeg nong, jreg-jreg gung
Jeg-jeg gedebuk krincing
Gedebug jedher
Gedebug krincing
Jeg-jeg gedebuk jedher


Syair tembang dolanan yang berjudul ‘Jaranan’ ersebut apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah:

berkuda, berkuda, kudanya teji (tinggi besar)
yang naik Tuan Bei yang mengiring para menteri
Jeg-jeg nong, jeg-jeg gung
Jeg-jeg gedebuk krincing
Gedebuk jedher
Gedebuk krincing
Gedebuk jedher
Jeg-jeg gedebuk jedher’


Tembang dolanan jaranan sebenarnya hanya terdiri atas empat larik, untuk larik berikutnya hanya diulang-ulang. Kalau dilihat dari syairnya terdapat beberapa makna budi pekerti yang tersirat dalam tembang tersebut, antara lain:

(1)   Kebersamaan

Dalam syair sing numpak ndara Bei sing ngiring para menteri, di sana terdapat rasa kebersamaan antara atasan dan bawahan. Kebersamaan untuk saling membutuhkan, saling membantu, orang yang mempunyai kedudukan lebih tinggi membutuhkan orang yang berkedudukan lebih rendah, demikian pula sebaliknya. Kedudukan yang tinggi tersebut diibaratkan ndara Bei yang membutuhkan pengawalan dari para menterinya yang dianggap mempunyai kedudukan lebih rendah.


(2)   Menghormati yang lebih tinggi kedudukannya


Budaya Jawa telah mengajarkan bahwa seseorang yang mempunyai kedudukan yang lebih rendah harus menghormati orang yang berkedudukan lebih tinggi. Hal itu tampak pada syair sing numpak ndara Bei sing ngiring para menteri. Dalam syair tersebut ndara Bei dianggap mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari para menterinya, karena sebutan ndara Bei hanya digunakan untuk menyebutkan seseorang yang mempunyai kedudukan yang tinggi dan keturunan ningrat. Apalagi ditunjang dengan tunggangannya kuda yang tinggi besar yang harus diiringi oleh para menterinya. Oleh karena itu, tugas para menteri adalah mengawal ndara Bei tersebut. Dalam hal ini, jelaslah bahwa budi pekerti yang harus ditanamkan adalah sikap menghormati yang lebih tua atau yang lebih tinggi kedudukannya.

20151022

MAKNA TEMBANG PADHANG BULAN

Tembang Padhang Bulan

Yo prakanca dolanan ing njaba
Padhang mbulan padhangé kaya rina
Rembulané kang ngawé-awé
Ngélikaké aja turu soré-soré

Syair dari tembang dolanan padang bulan apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi:

‘Ayo teman-teman bermain diluar’
‘Cahaya bulan yang terang benderang’
‘Rembulan yang seakan-akan melambaikan tangan’
‘Mengingatkan kepada kita untuk tidak tidur sore-sore’

Dalam tembang dolanan padang bulan mengandung makna religius (kagamaan). Maksud dari tembang dolanan tersebut adalah kita hendaknya bersyukur kepada yang Maha Kuasa untuk menikmati keindahan alam. Untuk menunjukkan rasa syukur itu kita diharapkan tidak tidur terlalu sore karena kita bisa melaksanakan ibadah di waktu malam.

MAKNA TEMBANG ILIR-ILIR

TEMBANG ILIR-ILIR

Lir-ilir, lir-ilir
Tandure wus sumilir
Tak ijo royo-royo
Tak sengguh temanten anyar
Cah angon, cah angon
Penekno blimbing kuwi
Lunyu-lunyu penekno
Kanggo mbasuh dodotiro
Dodotiro, dodoiro
Kumitir bedah ing pinggir
Dondomono, jlumatono
Kanggo sebo mengko sore
Mumpung padhang rembulane
Mumpung jembar kalangane
Yo sorako, sorak iyo!!

Syair tembang dolanan Ilir-ilir tersebut apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai berikut.

‘Bangunlah, bangunlah!’ ‘Tanaman sudah bersemi’ ‘Demikian menghijau’ ‘Bagaikan pengantin baru’ ‘Anak gembala, anak gembala’ ‘Panjatlah (pohon) belimbing itu’! ‘Biar licin dan susah tetaplah kau panjat’ ‘untuk membasuh pakaianmu’ ‘Pakaianmu, pakaianmu’ ‘terkoyak-koyak dibagian samping’ ‘Jahitlah, Benahilah!’ ‘untuk menghadap nanti sore’ ‘Mumpung bulan bersinar terang’ ‘Mumpung banyak waktu luang’ ‘Bersoraklah dengan sorakan Iya!!’

Dalam syair tembang dolanan yang berjudul Ilir-ilir mengandung makna religius (keagamaan). Sedangkan maksud yang terkandung dalam tembang tersebut adalah kita sebagai umat manusia diminta bangun dari keterpurukan untuk lebih mempertebal iman dan berjuang untuk mendapatkan kebahagiaan seperti bahagianya pengantin baru. Meminta Si anak gembala untuk memetikkan buah blimbing yang diibaratkan perintah salat lima waktu. Yang ditempuh dengan sekuat tenaga kita tetap berusaha menjalankan Rukun Islam apapun halangan dan resikonya. Meskipun ibarat pakaian kita terkoyak lubang sana sini, namun kita sebagai umat diharapkan untuk memperbaiki dan mempertebal iman dan taqwa agar kita siap memenuhi panggilan Ilahi robbi.

MAKNA TEMBANG SLUKU-SLUKU BATOK

TEMBANG SLUKU-SLUKU BATOK

Sluku-sluku bathok

Bathoke ela-elo

sluku bathok

Bathoke ela-elo

Si Rama menyang Solo

Oleh-olehe payung motha

Mak jenthit lolo lobah

Wong mati ora obah

Nek obah medeni bocah

Nek urip goleka dhuwit.


Lirik tembang dolanan yang berjudul ‘Sluku-sluku Bathok’ tersebut apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai berikut.

‘Ayun-ayun kepala’
‘Kepalanya geleng geleng’
‘Si bapak pergi ke Solo’
‘Oleh-olehnya payung mutha’
‘Secara tiba-tiba begerak
‘Orang mati tidak bergerak’
‘Kalau bergerak menakuti orang’
‘Kalau hidup carilah uang’

Makna yang tersirat dalam tembang dolanan “Sluku-sluku bathok” yaitu nilai religius. Dalam syair tersebut bermakna manusia hendaklah membersihkan batinnya dan senantiasa berzikir mengingat Allah dengan (ela-elo) menggelengkan kapala mengucapkan lafal laa illa ha illallah disaat susah maupun senang, di kala menerima musibah maupun kenikmatan, hidup mati manusia ditangan Allah, maka dari itu selagi masih hidup berbuat baiklah terhadap sesama, dan beribadah kepada Allah SWT karena Allah Maha segala-galanya, apabila sekali berkehendak mencabut nyawa seseorang, tak seorang pun mampu menolakkan.

20151020

MAKNA LAGU GUNDUL-GUNDUL PACUL

MAKNA FILOSOFI DARI LAGU GUNDUL-GUNDUL PACUL

Ternyata lagu gundul-gundul pacul mempunyai filosofi yang cukup mendalam, Lagu Gundul Gundul Pacul ini konon diciptakan tahun 1400-an oleh Sunan Kalijaga dan teman-temannya yang masih remaja dan mempunyai arti filosofis yg dalam dan sangat mulia.

'Gundul' adalah kepala plonthos tanpa rambut. Kepala adalah lambang kehormatan, kemuliaan seseorang. Rambut adalah mahkota lambang keindahan kepala. jadi 'gundul' adalah kehormatan tanpa mahkota.

'Pacul' adalah cangkul (red, jawa) yaitu alat petani yang terbuat dari lempeng besi segi empat. jadi pacul adalah lambang kawula rendah, kebanyakan petani.

'Gundul pacul' artinya adalah bahwa seorang pemimpin sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota tetapi dia adalah pembawa pacul utk mencangkul, mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya/orang banyak.

Orang Jawa mengatakan pacul adalah 'Papat Kang Ucul' (4 yg lepas). Kemuliaan seseorang tergantung 4 hal, yaitu bagaimana menggunakan mata, hidung, telinga dan mulutnya, dengan makna sbb:
1. Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat/masyarakat.
2. Telinga digunakan untuk mendengar nasehat.
3. Hidung digunakan untuk mencium wewangian kebaikan.
4. Mulut digunakan untuk berkata adil.

Jika empat hal itu lepas, maka lepaslah kehormatannya. 'Gembelengan' artinya besar kepala, sombong dan bermain-main dalam menggunakan kehormatannya.

Arti harafiahnya jika orang yg kepalanya sudah kehilangan 4 indera itu mengakibatkan hal-hal sbb:
1. GEMBELENGAN (congkak/sombong).
2. NYUNGGI-NYUNGGI WAKUL (menjunjung amanah rakyat/orang banyak).
3. GEMBELENGAN ( sombong hati).
4. WAKUL NGGLIMPANG (amanah jatuh gak bisa dipertahankan).
5. SEGANE DADI SAK LATAR (berantakan sia sia, tidak bermanfaat bagi kesejahteraan orang banyak)

Cukup dalem banget yah makna dan penjabaran dari lagu ini, patut untuk kita jaga dan lestarikan ke anak cucu sebagai warisan budaya lagu jawa.

AJISAKA LAN AKSARA JAWA

AJISAKA LAN AKSARA JAWA

Kacarita ing jaman mbiyèn ana wong saka Tanah Hindhustan anom jenengé Aji Saka. Dhèwèké putrané ratu, nanging kepéngin dadi pandhita sing pinter. Kasenengané mulang kawruh rupa-rupa. Dhèwèké banjur péngin lunga mencaraké ngèlmu kawruh ing Tanah Jawa

Banjur anuju sawijining dina Aji Saka sida mangkat menyang Tanah Jawa, karo abdiné loro sing jenengé Dora lan Sambada. Bareng teka ing Pulo Majethi padha lèrèn. Aji Saka banjur nilar abdiné loro; Dora lan Sambada ing pulo iku. Déné Aji Saka karo Sembada arep njajah Tanah Jawa dhisik. Dora diweling ora olèh lunga saka kono. Saliyané iku Dora wau dipasrahi keris pusakané, didhawuhi ngreksa, ora olèh dielungaké marang sapa-sapa.

Aji Saka banjur tindak karo abdiné, Sembada menyang ing Tanah Jawa. Njujug ing negara Mendhang Kamolan. Sing jumeneng ratu ing kono ajejuluk Prabu Déwata Cengkar. Sang prabu iku senengané dhahar dagingé wong. Kawulané akèh sing padha wedi banjur padha ngalih menyang negara liya. Patihé diarani Kyai Tengger.

Kacarita Aji Saka ana ing Mendhang Kamolan jumeneng guru, wong-wong padha mlebu dadi siswané. Para siswané padha tresna marang Aji Saka amarga dhèwèké seneng tetulung

Nalika semana Aji Saka mondhok nèng omahé nyai randha Sengkeran dipèk anak karo nyai randha. Kyai patih karo nyai randha iya wis dadi siswané Aji Saka. Anuju sawijining dina sang prabu Déwata Cengkar duka banget ora wong manèh sing bisa didhahar. Aji Saka banjur saguh dicaosaké sang nata dadi dhaharané. Sang nyai randha lan patih dadi kagèt banget. Nanging Aji Saka celathu yèn wong loro iku ora usah kuwatir yèn dhèwèké ora bakal mati. Banjur Aji Saka diateraké ngadhep prabu Déwata Cengkar.

Prabu Déwata Cengkar ya rumangsa éman lan kersa ngangkat Aji Saka dadi priyayi, nanging Aji Saka ora gelem. Ana siji panyuwuné, yaiku nyuwun lemah saiket jembaré. Sing ngukur kudu sang prabu dhéwé.

Sang Prabu Déwata Cengkar iya banjur nglilani. Nuli wiwit ngukur lemah diasta dhéwé. Iketé Aji Saka dijèrèng. Iketé tansah mulur baé, dadi amba serta dawa. Iya dituti waé déning sang prabu. Nganti notog ing segara kidul. Bareng wis mèpèd ing pinggir segara, iketé dikebutaké. Déwata Cengkar katut mlesat kecemplung ing segara. Malih dadi baya putih, ngratoni saisining segara kidul.

Sakbubare kuwi, Ajisaka diangkat dadi Raja Medang Komulan. Ajisaka eling marang Dora lan meling Sembada supaya marani lan ngajak Dora urip bareng ing Medang Komulan.

Sembada banjur mangkat marani Dora. Saktekane ing panggonane Dora, Sembada njaluk kerise Ajisaka lan ngabari yen Ajisaka wis dadi Raja Medang Komulan lan ngajak urip bareng ing kono. Nanging , Dora eling marang dawuhe Ajisaka supaya kerise ora oleh dielungke marang sapa-sapa. Sidane, antarane wong loro kuwi dumadi salah paham lan pada padu. Amarga pada sektine, wong loro mau mati bareng.

Pirang-pirang minggu urung entuk kabar, Ajisaka sidane mapak loro abdine mau. Nanging, saktekane ing panggonane Dora, Ajisaka kaget amarga reti loro abdine uwis dadi bangkai. Susah lan nyesel amarga tumindake kang kurang ati-ati, Ajisaka banjur nulis tulisan ing godhong lontar. Kang teka saiki dikenal kanthi Aksara Jawa.­

20151019

UPACARA ADAT KROBONGAN

ADAT KROBONGAN

Ing wewengkon Surakarta, mliginipun Keraton Surakarta Hadiningrat, lampahipun pahargyan temanten taksih jangkep, arupi panggih penganten lan krobongan.

Ingkang dipunwastani upacara adat krobongan tumraping penganten, inggih menika upacara ingkang katindakaken sabibaripun panggih (dhaup). Dene tata caranipun inggih menika kados ing ngandhap punika:

1. Timbangan
Ingkang nindakaken timbangan inggih punika ramanipun penganten putri kanthi cara mangku penganten kekalih kiwa tengen.  Minangka pasemon bilih rama ibunipun penganten putri anggenipun ngrengkuh dhumateng penganten kekalih boten emban cindhe emban siladan kados putra piyambak.

2. Kacar-kucur
Penganten kakung maringi rejeki kanthi wujud arta receh, beras kawak, kacang kawak, dhele kawak  linambaran klasa bangka dhumateng penganten putri. Pralambang tanggel jawab dhumateng kulawarga, tansah tekun pados sandhang pangan.

3. Dulangan
Katindakaken kanthi ngepel sekul pethak lajeng kadulangaken cekap kaping sepisan.  Piring wadhah sekul lan lawuh lajeng katangkepaken, ingkang dipunwastani gambuhan.  Tegesipun sageda tansah manunggal lan jumbuh kang ginayuh.  Sabibaripun dulangan, dipunlajengaken ngunjuk rujak degan ingkang kapendhet saking klapa ingkang wala (nembe uwoh sepisan).

4. Sungkeman
Ingkang dipunsungkemi penganten kekalih inggih punika rama ibunipun penganten kakung putri, ugi eyangipun ingkang taksih sugeng.

Drama pendek Bahasa Jawa

Dialog Drama pendek Bahasa Jawa 

Sawijining esuk, Maryati dan Suparmiyatun bocah loro saka kutha Semarang iki silaturahmi ana daleme  Eyang kakung lan Eyang Putri ing daerah Ambarawa sing subur lemahe lan endah pemandangane. Saktenane Maryati lan Parmiyatun dudu  arep dolan nanging bocah loro mau arep nggarap tugas penelitian saka guru pembimbinge. 
Maryati :“Hey Parmiyatun! daleme Eyang Kakung  lan Eyang Putri nangdi? Kok ket mau ra ketemu!”
Parmiyatun :“Emm, Mar..! Ngapurane ya! Aku lali daleme Eyang Kakung lan Eyang Putri Supriyati Asmane wae kuwi nek ra salah. Haha.”
Maryati :“Aduh, asmane mbah Supri pasaran ya!  nang endi-endi  ana! Oh iya iki awake dhewe wis tekan Ambarawa, wong awake dhewe ket mau ro pakdhe Paryona kok bingung daleme nengdi. haha”
Parmiyatun :“Oh iya ya!”
Bocah loro, banjur nyuwun pirsa babagan daerah panggenanipun  Eyang Kakung lan Eyang Putri ing Ambarawa. Karo nyuwun pirsa apa maksud lan tujuwane digawa mrene karo pakdhe. 
Pakdhe :“Kae daleme mbah Supri! Kana mudhun, Pakdhe Paryana arep balik sesuk takpethuk nang kene titip salam kangen wae kagem simbah ya”
Parmiyatun :“Inggih pakdhe.”
Bocah loro mau mudhun lan ngidak lemah pengunungan kang seger lan adhem  banjur nyalami Eyang Putri lan Eyang Kakung
Eyang Putri :“Ealah Parmiyatun! Piye kabare padha sehat ta
Parmiyatun :“Eyang Putrikula badhe penelitian kalian Maryati babagan Pertanian teng mriki”      
Eyang Putri :“Oh. Ya uwis kana mlebu resik-resik awak dhisik. Nek arep penelitian babagan pertanian  temonana  wae mb Rukinii, bocahe ya lagi nliti pertanian . Rukini kae mahasisa TPSTKJ ( Sekolah Tinggi Turunan Pak Supriyanto Tani Kondang Jatinegaran)”
Parmiyatun lan Maryatun mara menyang balai desa nggoleti mbak Rukini, nanging saktekane  balai desa Mbak Rukini  ora ana.Wusanane bocah loro mau mulih  lan rencanane arep nemoni mbak Rukini dina esuke.
.....Dina sabanjure
Parmiyatun lan Maryati mbaleni mara menyang balai desa, kanthi ngliwati dalanltengah sawah kang tumuju menyang bale desa.
Maryati : ‘’Tun, Atun...ana mbak-mbak petani ayu kae.’’
Parmiyatun : ‘’Ayo parani wae , sapa ngertii awakdewe isa takon babagan pertanian”
Maryati : ‘’ Sugeng siyang,, Mbak ..?
Mbak Rukini : “Nggih, sugeng siyang, wonten menapa nggih?”
Parmiyatun :  “Namung badhe taken mawon babagan pertanian kok mbak”’
Mbak Rukini : “Oh, saged -saged, badhe kangge napa to? Kok mbak-mbak  ingkang ayu-ayu kok purun dhateng  sawah kados ngaten?”
Maryati : “Badhe penelitian babagan pertanian mbak”
Parmiyatun : “Wawancaranipun saget kita milai? (logat wartawan mewawancarai artis).
Mbak Rukini : “Mangga, ning kula mboten ngertos sanget babagan pertanian lho dik”
Maryati : “Nggih mbak, pitakenan kaping setunggal, kados pundi tata caranipun  tandur?”
Mbak Rukini :” ngileni banyu, nyukoni, ngluku, nggaru, gawe winihan, nyebar,ndhaut, mbanjari, lajeng tandur.”
Parmiyatun :” Ngileni banyu menika tegesipun sawah ingkang  bakal dipungarap dipunileni toya supados siti utawi lemah empuk lan gampil panggarapipun,, inggih napa mboten,mbak?’’
Mbak Rukini : “inggih, leres”
MaryatI : “ Lajeng nyukoni  menika menapa mbak?’’
Mbak Rukini : “Nyukoni punika maculi ing pojokan sawah lan ugi perangan pinggir ingkang mepet galengan amarga papan wau mboten keliwatan waluku lan garu”
MaryatI :“O, nggih, menawi ngluku punika ngagem piranti ingkang naminipun luku, nggih?”
Parmiyatun : “Ya iya ta,,Mar, ...”
Mbak Rukini : “lha menawi nggaru punika ngertos mboten?’’
MaryatI : ”Sampun, mbak.....apa  ya Par?’’
Parmiyatun : ”Oalah, Mar.., nggaru kuwi ngaluske lemah, pirantine nganggo garu”
MaryatI : Lajeng, damel winihan menika tegesipun menapa, mbak?’’
Mbak Rukini : “ Damel winihan menika  damel papan kangge nyebar winih ingkang badhe dipuntanem.”
MaryatI :  “lajeng, nyebar winih nggih?’’
Parmiyatun : “Ya, iya ya,  mau mbake rak wis ngendika ngono,.... Mar,coba, nyebar kuwi apa?”
MaryatI : “Ya mestine nyebar winih ing pawinihan to?’’
Mbak Rukini : “Nanging, winih mau kedah dikum rumiyin laminipun tiga ngantos gangsal dinten .l”
MaryatI : “Ngono ya Par...”
Parmiyatun :  “ –Lha iya____-‘’
MaryatI : “Menawi ndhaut punika kados pundi?’’
Mbak Rukmini : “Ndhaut menika njabut  lan ngresiki oyot winih ingkang badhe dipun tanem. Ngatos-atos ampun ngantos pedhot oyotipun, lajeng ditaleni kalih tekem- kalih tekem.” 
Parmiyatun : “Ngono hlo Tun”
Maryati : “   Iya ya-_________-‘’
Parmiyatun : ‘Lajeng, mbanjari punika kados pundi?”
Maryati : “Aku ngerti –ngerti..... mbanjari kuwi winihe diwratakake ing sawah kang wujud ler-leran.”
Mbak Rukini : “inggih, leres.tujuwanipn supados ingkang tandur boten tebih anggenipun mendhet  lan saged dipunkinten-kintenkirang mboten winihipun.”
Maryati : “Haaaa...bar kuwi mesthi tandur’’
Parmiyaun :  “ Ya iya ta, wong ya wis rampumg ”
Maryati : “Mbak..matur nuwun sanget nggih.mbak anggenipun nyuwun pirsa sampun cekap, badhe nyuwun pamit,..”
Parmiyatun : “Mbok bilih kathah kalepatan, nyuwun pangapunten mbak.    ”
Mba Rukini : “ Nggih, sami-sami....ngatos –atos nggih   dhik .”
( salim, trus bali )

Tuladha Teks Sesorah / Pidato

Assalamualaikum Wr. Wb.
Nuwun,
Bapak..... minangka Kepala Sekolah SMP......,ingkang tansah winengku ing pakurmatan.Ibu Bapak Guru sah staf  Tata Usaha ingkang winengku ing karahayon.
Sarta anak-anakku kabeh, siswa kelas VII, VIII, lan IX sing taktresnani.

Ayo kita kabeh memuji ngaturake panuwun marang Gusti sing Maha Agung sing wis paring berkah marang kita kabeh saengga ing wektu iki kita bisa kumpul ing lapangan iki saperlu nganakake upacara kaya adat saben dina Senin tanpa ana rubeda apa bae.

Bocah-bocah sing taktresnani, ing kalodhangan iki Bu Palupi arep crita marang kowe kabeh, apa sing tau takdeleng durung suwe iki. Pirang wulan kepungkur ing Pemalang ana pentas aneka satwa sing manggon ing Sirandu. Wektu iku dipentasake maneka warna kewan kaya ta manuk kakaktua, lingsang, beruang madu, lan lumba-lumba. Kewan mau padha mamerake kepinteran werna-werna. Bisa jejogedan manut iringan musik, etung-etungan, pit-pitan, dodol-dodolan bakso lan liyane.

Ndeleng tontonan mau atiku trenyuh banget, semono gedhene kuasane Gusti Allah saengga kewan-kewan mau bisa dilatih pinter tumindak kayadene manungsa. Apamaneh bareng tontonan mau wis rampung, para penonton padha genti-genten foto bareng karo lumba-lumba. Pancen lumba-lumba kuwi dikenal minangka kewan sing cerdas. Sawise aku mau ngungun ndeleng atraksine lumba-lumba sing apik banget mau, aku tambah eram amarga lumba-lumba mau kanthi sabar ngancani para penonton sing kepengin foto bareng. Kaya-kaya dheweke kepengin nyenengake penontone.

Bocah-bocah sing taktresnani,  kuwi mau critaku nonton pentas aneka satwa sing nabet banget ing atiku minangka guru. Coba Cah, saupama kewan-kewan mau urip ing alam bebas, apa kira-kira bisa padha pinter kaya kuwi ? Ora ta ? Aku mbayangake, mesthi ora gampang tumrap para pawang lan pelatihe nggladhi kewan-kewan mau nganti bisa pinter lan trampil nindakake prentahe para pelatih lan bisa dadi tontonan sing apik banget. Apamaneh kewan-kewan mau ora bisa diajak komunikasi kaya manungsa. Mesthi mbutuhake wektu suwe lan kesabaran sing luwih-luwih.

Bocah-bocah, sabenere tontonan mau mujudake piwulang kanggo kita kabeh, yen arep nggayuh apa bae kanthi hasil sing apik kudu sinau kanthi temen, sabar, lan tlaten. Manungsa iku salawase urip kudu tansah sinau. Nalika isih cilik, bapak lan ibu kanthi tlaten momong lan nuntun kita, kawit durung bisa mlaku nganti saiki wis padha pinter mlayu.  Ngajari wicara, kepriye kita bisa matur kanthi sopan, uga bab-bab liyane sing prasaja nanging wigati kanggo urip kita. Bareng wis sekolah bapak ibu guru  kanthi sabar mulangake kawruh.

Sing sakawit kita ora bisa dadi bisa, sing ora ngerti dadi ngerti. Saliyane mulangake kawruh, bapak ibu guru uga menehi pitutur bab kabecikan lan budi pekerti, saengga para siswa bisa mbedakake endi sing ala lan becik. Kanthi mengkono siswa ora mung jembar kawruhe nanging  uga dadi  bocah sing becik bebudene. Mula para siswa, yen kowe diparingi piwulang lan pitutur saka bapak ibu guru, kabeh mau tampanen kanthi  seneng, sanajan angel lakonana kanthi sabar lan ikhlas. Mengko kowe sing bakal ngundhuh lan ngrasakake paedahe, sebab ilmu mau  bakal dadi sanguning uripmu kanggo ngadhepi sakabehing kahanan.

Bocah-bocah sing taktresnani mula ayo kita bebarengan nindakake pakaryan sing utama, sing migunani kanggo  panguripan. Sinau kanthi temen supaya apa sing dadi gegayuhan kita bisa kasembadan. Ora ana tembung kasep lan tembung angel, sing ana mung tembung   ora gelem ngupaya. Muga-muga apa sing takomongake iki  mumpangati kanggo kowe kabeh. Tak kira cukup semene omonganku iki manawa ana lupute aku njaluk pangapurane. Nuwun.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Atur Pambagyaharja

Tuladha Atur Pambagyaharja

Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.
Para pepundhen, para sepuh, para pinisepuh ingkang pantes pinundhi, para pangemban pangembating praja, para satriyaning nagari ingkang pantes kinurmatan, para kadang wredha mudha ingkang bagya mulya, para tamu kakung putri ingkang pantes sinudarsana.
Keparenga kula mambeng anggen panjenengan sadaya katemben wawan pangandikan, karana kula piniji Bp ___________ sekalihan, kinen ngaturaken wudharing gantha babaring sedya, raos suka ebahing manah bingah saha lekasing sedya wigatosing gati ing kalenggahan punika.

Minangka purwakaning atur langkung rumiyin sumangga panjenengan sadaya kula dherekaken atur puji syukur wonten ngarsa dalem Gusti Allah ingkang Maha Agung, karana sih wilasa miwah barkah ingkang rumentah dhumateng panjenengan sadaya dalasan kula saengga maksih saget kempal manunggal kanthi pinayungan karaharjan tebih ing sambekala.
Para lenggah ingkang sinuba ing pakurmatan, madyaning wiwahan punika panjenenganipun Bp ___________ sekalihan lumantar kula ngambali ngaturaken sugeng rawuh sinarengan raos pãnuwun ingkang tanpa pepindhan, kasuwun tansah lelenggahan kanthi mardu mardikaning penggalih, wondene lekas wekasing sedya wigatosing gati kula aturaken ing mriki, nadyan panjenengan sadaya hambok bilih sampun ngawuningani gatining sedya ing palenggahan punika ingkang sampun sinerat ing kintaka wara punapa dene jawilan.

Nun inggih netepi darmaning asepuh Bp___________sekalihan ing kalenggahan punika mahargya suta hamiwaha siwi, ngentas pitulus kenya putrinipun ingkang sesilih namipun Rr ___________ kaleksanan dhaup kallyan Bg ___________ priya tanaya panjenenganipun
Bp ___________sekalihan ingkang pidalem ing ________ ingkang sampun kalampahan ijab miturut satataning adat kanthi pinayungan karaharjan tebih ing sambekala, ingkang punika panyuwunipun
Bp ___________ (ingkang mengku gati) wonten ngarsa panjenengan sadaya mugi wontena lilaning panggalih para tamu kakung putri paring jurung puja hastawa puji hastuti dhumateng temanten sarimbit anggenya badhe gesang wonten ing alam bebrayan tansah runtut atut miwah bagya mulya sembada ingkang jinangka basuki kang kaesthi.

Para lenggah kakung putri ingkang satuhu kinurmatan, kaleksananing pahargyan ing kalenggahan punika saged kalampahan karana sih pambiyantunipun para sanak kadang pawong mitra langkung - langkung para warga RT ___________ ingkang punika hambok bilih panjenenganipun Bp ___________ (ingkang mengku gati) mboten saged mangsulaken karana lahir, amung kasumanggakaken wonten ngarsanipun Gusti Ingkang Maha Agung mugi sih kadarman panjenengan dadosa ngamal kasaenan.

Para tamu kakung putri ingkang pantes sinudarsana Bp ___________ sekalihan lumantar kula tansah hanglenggana budi dayaning manungsa kirang sampurna, hambok bilih anggenipun nampi kerawuhan panjenengan sadaya, kiranging tanggap tangguh gupuh mugi diagung pangaksama, mboten kekilapan dhumateng para kadang mudha taruna anggenipun sami nawung kridha aleladi wonten ngarsa panjenengan sadaya, hambok bilih wonten kiranging suba sita lumantar kula tansah nyuwun agenging pangaksama panjenengan sadaya.

Hing wasana minangka pepuntoning aturipun Bp ___________ sekalihan lumantar kula hambok bilih wonten kiranging boja miwah krama mugi para tamu ngluberaken samodra pangaksama ingkang agung, kula minangka talanging basa kathah atur kula ingkang mboten hanuju prana labet kula ugi hanglenggana kiranging seserepan miwah kirang pana dhumateng ing reh suba sita, basa tuwin sastra, kula amung tumadhah lubering pangaksama, salajengipun wekdal kula aturaken wangsul dhateng kadang panatacara.
Akhirul kalam Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Tembang Dhandhanggula Kangge Upacara Sungkem

1. Rama ibu kang luhuring budi
    Ingkang hangukirjiwa lan raga
    Kang agung pangurbanane
    Paring pituduh luhur
    Rina wengi tansah hangesthi
    Mrih rahayuning putra
    Lulus kang ginayuh
    Sadaya ribet rubeda
    Linambaran kanthi sabaring penggalih
    Tuhu pantes sinembah.

2. Kadya sinendhal rasaning ati
    Panyungkeme kang putra sajuga
    Tumetes deres waspane
    Tan kawawa jroning kalbu
    Ngondhok-ondhok rasaning galih
    Alon ngandikanira
    Dhuh angger putraku
    Sun tampa panyungkemira
    Muga-muga antuk barkahing Hyang Widi
    Nggonira jejodhohan.

3. Piwelingku aja nganti lali
    Anggonira mbangun bale wisma
    Runtut atut sakarone
    Adohna tukar padu
    Tansah eling sabarang ati
    Kuwat nampa panandhang
    Tan gampang amutung
    Dadiya tepa tuladha
    Uripira migunani mring sesami
    Hayu - hayu pinanggya.

Panyandra Panggihing Temanten

Tuladha Panyandra Panggihing Temanten

Wus dumugi wahyaning mangsakala dhumawahing kodrat, sri atmaja temanten hanetebi tata upacara adat widi widana ingkang sampun sinengker wonten tlatah.......nun inggih upacara panggih, adat mengku werdi tata cara, widi werdinipun Gusti, winengku werdi luhur wondene dana mengku werdi paweweh dados adat widi widana hamengku werdi tata cara paringipun Gusti ingkang linangkung, punapa ta werdinipun panggih inggih punika pangudi gambuhing panggalih, mila mboten mokal wonten titahing Gusti ingkang asipat jalu lawan wanita ingkang sumedya hanetepi jejering agesang, hangancik ing alam madya, mastuti ila - ila ujaring kina ingkang cinandhi hing akasa jinempana ing maruta, sarta mulat edi endahing budaya tulus.
Budaya ateges laku pangolahing budi, wondene titikanipun tiyang ingkang budaya punika
1. landhep panggraitane,
2. tanggap ing sasmita,
3. susila hanuraga,
punika ingkang saget hambabar pakarti budi luhur, ingkang nyata mengku werdi tansah hangesthi Hayu - Hayom - Hayem - Hangayomi gesanging bebrayan agung.
Saya caket tindakira temanten kekalih, gya samya apagut tingal, tempuking catur netra handayani pangaribawa ingkang hambabar manunggaling nala ingkang tumanem ing sanubari, nulya kumlawe astane temanten putri sarwi hambalang gantal mring temanten kakung ingkang winastan gondhang kasih, temanten kakung gumanti hambalang gondhang tutur, punapa ta wujud miwah werdinipun gantal, gantal dumadi saking suruh ingkang lininting tinangsulan lawe wenang, pinilih suruh ingkang tinemu rose, ingkang mengku werdi : Suruh lamun dinulu beda lumah lawan kurebe yen ginigit tunggal rasane, mengku pralampita dhumateng putra temanten mugi tansah manunggal cipta, rasa miwah karsane suruh asung pitedah sumurupa nganti weruh, bisoa nganti tekan raosing rasa inggih rasa sejati.
Sanadyan ingkang sajuga jejer priya kang sawiji putri, lamun bisa manunggalake tekat lan rasane, pinesthi dadi jatu kramane.
Werdinipun priya saking tembung pari ingkang linangkung, hoya ateges kuwat utawi santosa, wondene tembung putri mengku werdi haywa supe ing pametrinira marang badanira priyangga.
Tinangsulan lawe wenang werdinipun tinangsulan lan akrami kaiket ing prasedya luhur, mugi anggenya mangun bebrayan mboten nalisir saking hangger paugeraning kautaman.
Paripurna titilaksitaning upacara panggih, putra temanten sekalihan gya siningeban sindur dening ingkang rama, asung pralampita putra temanten tansah tinuntun ing reh kautaman anggenipun ngancik ing alam madya tansah pinaringan karaharjan miwah kabagaswarasan, hanjayeng bawana salaminya.
Para rawuh saha para lenggah, wus handungkap prapteng unggyan ingkang tinuju, sung sasmita panganthining temanten, gya kalenggahaken ing sasana wisudha tama hangrantu laksitaning tata upacara ingkang sampun tinata, nuwun.

PEMIMPIN JAWA

WATAK PEMIMPIN JAWA

Masyarakat Jawa memiliki konsep tersendiri tentang bagaimana kepemimpinan yang seharusnya. Seorang pemimpin antara lain harus memiliki sifat ambeg adil parama arta atau watak adil merata tanpa pilih kasih.

Filosofi Jawa kebanyakan berasal dari hasil belajar dari alam. Alam bisa memberi kehidupan dan ketenteraman bagi berbagai mahluk, mengapa manusia tidak belajar / meniru dari alam?
Secara rinci konsep ini terurai dalam delapan (asta) watak: bumi, api, air, angin, angkasa, matahari, bulan, dan bintang.

Atau dalam bahasa Jawa disebut: bumi, geni, banyu, angin, langit, surya, candra, dan kartika.

1. BUMI.
Watak bumi yang harus dimiliki seorang pemimpin ialah mendorong dirinya untuk selalu memberi kepada sesama. Ini berdasarkan analog bahwa bumi merupakan tempat untuk tumbuh berbagai tumbuhan yang berbuah dan berguna bagi umat manusia dan hewan.

2. GENI atau API.
Pemimpin harus memiliki sifat API. Api adalah energi, bukan materi. Api sanggup membakar materi apa saja menjadi musnah. Namun, api juga bisa mematangkan apa saja. Pemimpin memotivasi dan memberi semangat. Api dalam konteks ini bukan dalam pengertian destruktif, melainkan konstruktif.
Semangat api yang konstruktif yang harus dimiliki pemimpin, antara lain, adalah kesanggupan atau keberanian untuk membakar atau melenyapkan hal-hal yang menghambat dinamika kehidupan, misalnya angkara murka, rakus, keji, korup, merusak dan lainnya.

3. AIR atau BANYU.
Air menggambarkan watak pemimpin yang harus selalu mengalir dinamis dan memiliki watak rendah hati, andhap asor dan santun. Tidak sombong. Tidak arogan. Sifat mengalir juga bisa diartikan bahwa pemimpin harus mampu mendistribusikan kekuasaannya agar tidak menumpuk / menggumpal yang merangsang untuk korupsi. Selain itu, seperti air yang selalu menunjukkan permukaan yang rata, pemimpin harus adil dalam menjalankan kebijakan terkait hajat hidup orang banyak.

4. ANGIN.
Watak angin atau udara, watak yang memberikan hak hidup kepada masyarakat. Hak hidup antara lain meliputi hak untuk mendapat-kan kehidupan yang layak (sandang, pangan, papan, dan kesehatan) , mengembangkan diri, mendapatkan sumber kehidupan (pekerjaan), berpendapat dan berserikat (demokrasi), dan mengembangkan kebudayaan.

5. SURYA atau MATAHARI.
Watak pemimpin yang harus mampu menjadi penerang kehidupan sekaligus menjadi pemberi energi kehidupan masyarakat.

6. BULAN atau CANDRA.
Sebagaimana bulan yang memiliki kelembutan yang menenteram-kan, pemimpin yang bijak selalu memberikan rasa tenteram dan menjadi sinar dalam kege-lapan. Ia harus mampu memimpin dengan berbagai kearifan sekaligus visioner (memiliki pandangan jauh ke depan), bukan memimpin dengan gaya seorang tiran (otoriter) dan berfi-kiran dangkal.

7. BINTANG atau KARTIKA.
Sebagaimana bintang menjadi panduan para musafir dan nelayan, pemimpin harus mampu menjadi orientasi (panutan) sekaligus mampu menyelami perasaan masyarakat.

8. LANGIT atau ANGKASA.
Seorang pemimpin mesti memiliki watak langit atau angkasa. Dengan watak ini pemimpin pun harus memiliki keluasan hati, perasaan, dan pikiran dalam menghadapi berbagai persoalan bangsa dan negara. Tidak sempit pandangan, emosional, temperamental, gegabah, melainkan harus jembar hati pikiran, sabar dan bening dalam memberi pelayanan kepada masyarakat.

TANAH JAWA

Setiap sudut penjuru bumi menyimpan berbagai kisah menarik terkait riwayat kebumian berikut proses pembentukannya. Setiap tempat dengan ragam fenomena alam yang dimiliknya, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, tidak terbentuk dengan tiba-tiba dalam sekejap mata, muncul sebagaimana adanya terlihat di saat ini. Boleh jadi, disana juga tersimpan beragam kisah dan peristiwa menakjubkan’ yang tak pernah disadari sebelumnya.

Proses kejadian yang berkaitan dengan rupa bumi di masa kini, dapat berlangsung puluhan ribu, ratusan ribu, hingga puluhan juta, bahkan ratusan juta tahun lamanya, sementara kisah keberadaan manusia yang menghuninya baru terbaca sejak beberapa ribu tahun yang lalu. Kisah-kisah kebumian dari masa silam yang dapat tersingkap kembali, tentu dapat dipergunakan sebagai bahan pelajaran yang berharga untuk memahami berbagai fenomena alam dan tatacara beradaptasi dalam kehidupan manusia di masa kini.

Kisah kebumian yang menarik dan ‘menakjubkan’, sebagian diantara bahkan berkelas dunia, juga tercatat rapi dalam singkapan sejarah geologi Nusantara, salah satunya di Pulau Jawa. Yang istimewa, bukti-bukti warisan kebumian banyak terkumpul di seputar Daerah Istimewa Yogyakarta. Disini, sejumlah situs geologi dan warisan rupa bumi dari berbagai periode waktu yang mencapai puluhan juta tahun lampau, terkumpul dalam bentang area yang tak terlampau berjauhan. Kelengkapannya bahkan bisa dianggap mewakili sejarah geologi Pulau Jawa secara keseluruhan.
Masa-masa awal terbentuknya Pulau Jawa diperkirakan terjadi lebih dari 60 juta tahun yang lalu (Zaman Pre-Tersier), ketika pulau ini masih menjadi bagian dari sebuah benua besar yang dikenal sebagai superbenua Pangea.

Susunan batuan dasar yang membentuk Pulau Jawa memiliki asal-usul dan umur yang berbeda satu dengan yang lainnya. Jawa bagian barat diperkirakan telah terbentuk pada akhir Zaman Kapur (145 hingga 65 juta tahun lalu) dan menjadi bagian dari Paparan Sunda (Sundaland Core), sementara Jawa bagian timur diyakini berasal pecahan kecil benua Australia (sejumlah peneliti menyebutnya sebagai East Java Microcontinent). Bagian timur ini diperkirakan mulai ‘menabrak’ dan bergabung dengan bagian barat sekitar 100-70 juta tahun yang lalu hingga menciptakan bentuk awal Pulau Jawa yang ada saat ini.

Artinya, Pulau Jawa terbentuk dari gabungan dua lempeng benua dan bagian barat Pulau Jawa diyakini memiliki umur yang lebih tua dibanding bagian timurnya. Batas di antara kedua bagian ini tertandai dengan adanya sesar purba yang membentang dibawah Sungai Luk Ulo di Kebumen, Jawa Tengah, menyeberangi Laut Jawa dan berakhir di Pegunungan Meratus yang membelah Kalimantan Selatan.

Saat ini, hanya ada tiga tempat yang memiliki rekam jejak sejarah kebumian dari masa awal terbentuknya Pulau Jawa, yaitu Teluk Ciletuh (Sukabumi, Jawa Barat), Karangsambung (Kebumen, Jawa Tengah) dan Bayat (Klaten, Jawa Tengah). Rekaman ini tersimpan dalam bentuk singkapan yang menampakkan batuan dasar tertua yang berumur hingga sekitar 96 juta tahun. Singkapan ini terjadi sebagai akibat dari proses tumbukan antar lempeng disertai dengan erosi yang berlangsung terus-menerus dalam rentang waktu yang sangat panjang, jutaan tahun lamanya.

Dari masa ke masa, proses geologis berlangsung tanpa henti, menyusun beragam wujud muka bumi yang berbeda-beda. Proses pengendapan pertama diperkirakan terjadi antara 54 hingga 36 juta tahun lalu (Kala Eosen). Berbagai material terendapkan di cekungan-cekungan yang terbentuk akibat peregangan lempeng. Tersingkapnya batuan konglomerat, batugamping, batupasir serta batubara, menunjukkan ciri pengendapan sungai, danau dan laut dangkal yang terjadi saat itu.
Pada masa berikutnya, ketika Pulau Jawa sudah mulai terbentuk dengan poros membujur arah barat dan timur, muncul tekanan dahsyat dari arah selatan. Perlahan namun pasti, lempeng samudera Indo-Australia yang bergerak ke arah utara ‘menabrak’ lempeng benua Eurasia dari sisi selatan pada zona yang berposisi sejajar dengan Pulau Jawa.

Lempeng samudera yang memiliki densitas atau massa jenis yang lebih tinggi mengalami subduksi atau penunjaman. Peristiwa inilah yang kemudian menjadi penyebab terbentuknya palung laut, pegunungan, serta aktifitas vulkanik yang memunculkan bentukan gunung berapi. Sebagian material lempeng samudera Indo-Australia mengalami pelelehan, mencair menjadi magma dan menciptakan jalur vulkanik dalam posisi sejajar dengan poros panjang Pulau Jawa.

Inilah kelanjutan peristiwa yang menjadi bagian penting dari rangkaian sejarah terbentuknya Pulau Jawa, ditandai dengan mulai terbentuk gugusan gunung api purba sebagai jalur vulkanik yang berjajar di bagian selatan dan menjadi tulang punggung Pulau Jawa jutaan tahun yang lalu.
Menarik untuk dicatat, dalam kurun waktu antara 36 hingga 10,2 juta tahun lalu ini (Kala Oligosen Akhir hingga Kala Miosen Awal), pada gugusan gunung api purba di Pulau Jawa ini, diperkirakan telah terjadi rangkaian peristiwa vulkanisme yang teramat dahsyat. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya penemuan singkapan lapisan batuan piroklastik serta ditemukannya batupasir vulkanik yang sangat tebal sebagai hasil erupsi gunung berapi purba. Berdasarkan bukti-bukti geologis yang ditemukan di sekitarnya, setidaknya telah dikenali dua gunung api purba yang di kalangan ahli geologi dinamai berdasarkan lokasi penemuan bukti-bukti geologisnya, bukan berdasarkan letak titik pusat aktifitas vulkaniknya. Kedua gunung api itu adalah Gunung Api Purba Semilir dan Gunung Api Purba Nglanggeran.

Konon, berdasarkan bukti endapan yang dihasilkannya, ditengarai pernah terjadi erupsi katastropik Gunung Api Purba Semilir yang kekuatannya nyaris setara dengan Supervolcano Toba di Sumatera (74.000 tahun yang lalu) dan Supervolcano Yellowstone di Wyoming, Amerika Serikat (2,1 juta tahun yang lalu). Kekuatan erupsi Gunung Api Purba Semilir saat itu diperkirakan tak kurang dari 10 kali lebih besar dari erupsi Gunung Tambora (1815), 100 kali lebih besar dari erupsi Gunung Krakatau (1883) dan 1000 kali lebih besar erupsi Gunung St. Helena di Washington, Amerika Serikat (1980).

Inilah masa-masa dimana gunung api purba mengalami kejayaannya di Pulau Jawa. Namun pada kisaran 16 hingga 2 juta tahun yang lalu (Kala Miosen Tengah hingga Pliosen Akhir) kegiatan magmatisme di gugusan gunung api purba ini mulai jauh berkurang.
Saat itu, situasi di sebagian besar Pulau Jawa masih berada dalam genangan laut dengan kehidupan biotanya yang berkembang dengan baik. Daerah pegunungan selatan merupakan daerah laut dangkal dengan airnya yang cenderung tenang, jernih, memiliki sumber makanan yang memadai, serta mendapatkan sinar matahari yang cukup. Kondisi ini memungkinkan terbentuknya koloni koral atau kompleks terumbu yang sangat luas serta berkembang biaknya biota laut, seperti plankton, moluska, algae dan masih banyak lagi. Fakta ini terekam dengan baik dan dapat diamati pada ragam singkapan batugamping yang sangat tebal dan meluas di sepanjang sisi selatan dan sisi utara Pulau Jawa saat ini.

Pada kisaran 12 juta tahun yang lalu (Kala Miosen Tengah), mulailah terjadi pelandaian kemiringan penunjaman lempeng samudera Indo-Australia, sehingga proses pelelehan yang menghasilkan magma ikut bergeser ke arah utara. Proses ini terus berlanjut sampai sekitar 1,8 juta hingga 11.500 tahun yang lalu (Kala Pleistosen) dan masih tetap berlanjut hingga saat ini (Kala Holosen), meninggalkan gugusan gunung api purba yang telah terbentuk sebelumnya di sisi selatan Pulau Jawa.
Pergeseran jalur vulkanik yang mencapai jarak sekitar 50 hingga 100 kilometer ke arah utara ini, secara otomatis telah menonaktifkan semua gunung berapi purba, karena suplai magma hasil pelelehan di bawah permukaan bumi telah bergeser ke utara. Aktifitasnya gunung api purba seperti Nglanggeran, Semilir dan kemungkinan pusat-pusat erupsi lainnya, berangsur-angsur mulai turun, bahkan bisa dikatakan nyaris tak bersisa lagi. Kondisi Pulau Jawa pun menjadi relatif stabil, meskipun kegiatan magmatisme tetap ‘terpelihara’ oleh alam, bergeser ke sebelah utara.

Pengendapan delta, sungai dan laut dangkal diatas Pulau Jawa menjadi proses alamiah yang telah berlangsung dalam kurun waktu antara 25,2 hingga 5,2 juta tahun silam. Penurunan muka air laut terjadi secara berangsur-angsur, mengiringi pengendapan-pengendapan material di daratan dan tepi laut. Pada saat yang sama, lempeng samudera Indo-Australia pun terus bergerak menekan lempeng benua Eurasia.

Sebagai akibatnya, perlahan namun pasti, pegunungan selatan Pulau Jawa mulai mengalami pengangkatan, sehingga daerah-daerah yang dahulunya berupa lingkungan laut dangkal, sedikit demi sedikit mulai berubah menjadi daratan, bahkan sebagian diantaranya berubah menjadi perbukitan. Proses pembentukan berikut pusat aktifitas gunung api pun terus bertumbuh, beriringan dengan pengangkatan, pemiringan, erosi serta pertumbuhan terumbu secara ekstensif yang mungkin bahkan masih berlangsung hingga saat ini. Rangkaian peristiwa alam ini terus berlanjut dalam rentang jutaan tahun lamanya, hingga mencapai bentukan sempurna Pulau Jawa sebagaimana penampakannya di saat ini, dengan gugusan gunung berapi ‘muda’ di bagian tengahnya.

Bukti-bukti sejarah geologi Pulau Jawa ini terkumpul dalam bentang area yang tak terlampau berjauhan di seputar Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari Karangsambung dan Sungai luk Ulo, Kebumen di sebelah barat hingga Kawasan Karst Pegunungan Seribu di sebelah timur. Dari seputar Bayat di Klaten sebagai salah satu yang tertua, hingga Gunung Merapi yang mewakili usia ‘muda’.
Semuanya menjadi sumber ilmu pengetahuan yang tak akan pernah habis digali dan diolah menjadi bahan pelajaran berharga, untuk memahami berbagai fenomena alam dan tatacara beradaptasi yang harus dilakukan oleh manusia yang menghuninya. Terlebih dalam memahami dan menyikapi beragam fenomena kebencanaan yang dalam pemahaman sebagian kalangan awam, seolah baru muncul secara tiba-tiba dalam beberapa dekade terakhir di zaman ini.